URGENSI MENGEMBANGKAN POTENSI DIRI
Ada dua alasan mendasar mengapa kita harus mengembangkan potensi diri kita, yaitu:
Sebagai Tanda Ucapan Syukur
Mengucap syukur tidak hanya sekadar ucapan bibir. Selain harus berasal dari hati yang tulus, mengucap syukur juga harus ditunjukkan di dalam perbuatan. “Ketika anak saya mengatakan terima kasih untuk makanan yang saya bawa, maka saya menghendaki agar makanan itu dimakan, bukan didiamkan atau disia-siakan.” Demikian gambarannya ketika kita mengucap syukur kepada Tuhan. Mengembangkan potensi berarti tidak menyia-nyiakan pemberian atau kepercayaan yang diberikan Tuhan. Perumpamaan tentang talenta di Matius 25:14-30 menjadi gambaran yang sangat jelas bahwa Tuhan ingin kita mengembangkan potensi diri. Potensi itu digambarkan dengan talenta. Ada yang berpotensi lima, ada yang dua, dan ada yang satu. Di sini Tuhan bukannya tidak adil, tetapi ini berdasarkan kesanggupan si penerima. Orang yang menerima lima talenta adalah orang yang bisa mengucap syukur karena dia mau mengembangkan potensi lima talenta itu. Demikian juga dengan orang yang menerima dua talenta. Upah bagi kedua orang yang bisa mengucap syukur itu adalah menerima kepercayaan untuk potensi yang lebih besar lagi dan menerima sukacita sejati. Sebaliknya, orang yang menerima satu talenta adalah orang yang tidak bisa mengucap syukur karena dia tidak mau mengembangkan potensi satu talenta itu. Upahnya adalah kehilangan potensi dan kesedihan yang mendalam.
Untuk Sebuah Kehidupan Yang Lebih Maju
Tuhan tidak pernah melarang seseorang untuk maju. Kadangkala kita mempertentangkan antara keinginan untuk maju dengan mengucap syukur. Kita berpikir kalau seseorang ingin maju maka dia akan cenderung untuk tidak mengucap syukur. Lalu, kita memakai ayat 1 Timotius 6:8, “Asal ada makanan dan pakaian, cukuplah.” Atau, 1 Tesalonika 5:18, “Mengucap syukurlah dalah segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu.” Padahal tidak demikian! Kedua ayat itu harus dipahami dalam konteksnya, di mana ini menjadi peringatan supaya kita tidak terjebak di dalam keserakahan dan keluhan. Sebenarnya kita tidak perlu terlalu mempermasalahkan hal itu. Setiap orang dipersilahkan untuk terus maju, mengejar impiannya. Yang penting ada keseimbangan antara usaha untuk mendapatkan lebih dengan kemauan untuk mengucap syukur. Di samping tentunya adalah maju dengan cara-cara yang berkenan kepada Tuhan.
Kesempatan yang dberikan Tuhan bagi manusia untuk bertambah maju terlihat dari diulanginya perintah-Nya kepada Nuh. Dikatakan di dalam Kejadian 9:1-3,
“Lalu Allah memberkati Nuh dan anak-anaknya serta berfirman kepada mereka: ‘Beranakcuculah dan bertambah banyaklah serta penuhilah bumi. Akan takut dan akan gentar kepadamu segala binatang di bumi dan segala burung di udara, segala yang bergerak di muka bumi dan segala ikan di laut; ke dalam tanganmulah semuanya itu diserahkan. Segala yang bergerak, yang hidup, akan menjadi makananmu. Aku telah memberikan semua itu kepadamu seperti juga tumbuh-tumbuhan hijau.’”